Penggunaan Antibiotika dan Bahayanya



Penggunaan antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan banyak masalah. Efek yang ditimbulkan dapat bersifat jangka panjang, untuk beberapa jenis antibiotika.
Apabila antibiotika seperti Penicillin, digunakan tidak sesuai dengan aturan pemakaian yang benar, atau digunakan kurang dari lama waktu yang seharusnya, maka bakteri akan membentuk sistem pertahanan terhadap antibiotika tersebut. Rantai pertahanan tersebut akan dengan mudahnya menetralkan efek Penicillin ketika kuman kontak kembali dengan Penicillin. Dan dengan demikian, obat tersebut  menjadi tidak efektif. Ketika suatu bakteri menjadi resisten atau kebal terhadap suatu obat, maka obat tersebut menjadi tidak berguna. Akibatnya,  dibutuhkan antibiotika yang lebih kuat untuk membasmi bakteri tersebut. Sayangnya, proses terjadinya resistensi terhadap antibiotika lebih cepat terjadi dibandingkan proses pembuatan suatu produk antibiotika yang baru oleh perusahaan farmasi.
Karena penggunaan antibiotika yang berlebihan, reaksi alergi terhadap terhadap antibiotik pun pada umumnya meningkat. Biasanya hanya 5 – 10 % orang yang akan memberikan reaksi alergi terhadap antibiotika, dan umumnya terhadap obat Penicillin. Saat ini, semakin sering seseorang mengkonsumsi antibiotika, akan meningkatkan pula angka reaksi alergi terhadap obat ini. Reaksi alergi yang timbul bentuknya bervariasi, mulai kemerahan pada kulit (rash), reaksi pembengkakan jaringan tubuh (edema), hingga muncul reaksi anafilaksis yang menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan, bahkan dapat terjadi syok (keadaan tubuh yang apabila tidak diatasi segera akan mengakibatkan kerusakan organ karena adanya gangguan distribusi cairan dan darah,). Reaksi diatas  tidak hanya muncul akibat penggunaan Penicillin saja, namun berlaku juga untuk Golongan antibiotika yang lain. Obat yang lain yang dapat menimbulkan reaksi diatas adalah obat golongan cephalosporin dan tetracycline.
Antibiotika seperti tetracycline dan amoxicillin dapat mengganggu bakteri/flora normal yang hidup di usus halus, seperti Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidus. Manifestasi yang muncul seperti diare, bersendawa, dan kembung. Saat ini terdapat bukti penelitian mengenai hubungan gangguan terhadap bakteri/flora normal yang hidup di usus, sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit pada usus besar, seperti Colitis Ulserative (infeksi pada kolon / terdapat borok pada usus besar) dan kanker colon (usus besar). Masalah lain yang dapat timbul akibat terganggunya bakteri/flora normal yang hidup di usus adalah berkembangnya jamur dan ragi (yeast) di dalam usus, dimana dengan adanya kedua parasit tesebut dapat memicu timbulnya Candidiasis Usus Halus. Hal ini sedang menjadi masalah besar di beberapa negara di dunia barat, dan sayangnya, masalah ini berkaitan dengan penggunaan antibiotika. Candidiasis merupakan penyakit yang hanya muncul pada seseorang dengan gangguan kekebalan tubuh, misalnya pada bayi yang sistem kekebalan tubuh masih dalam tahap perkembangan, atau keadaan kekebalan yang menurun karena alasan tertentu, seperti misalnya pada penggunaan steroid dalam jangka waktu yang lama.
Antibiotika juga memberikan efek menekan sistem pertahanan tubuh. Beberapa antibiotika, termasuk tetracycline dan golongan Sulfonamide, dapat menghambat aktivitas sel darah putih, yang tugasnya adalah untuk melawan dan menghancurkan bakteri.  Beberapa antibiotika lain juga diketahui memiliki efek dalam menghambat produksi antibodi, yang mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh. Pada tahun 1974, telah di terbitkan hasil sebuah penelitian, yang diperkuat dengan hasil penelitian pada tahun 1991, yang menyatakan bahwa anak-anak dengan keluhan nyeri telinga dan mendapat terapi antibiotika, terutama pada beberapa hari pertama, cenderung mengalami kekambuhan, dibandingkan anak-anak dengan nyeri telinga yang ditunda pemberian antibiotikanya atau hanya diberi plasebo (tidak berisi bahan aktif apapun)
Bahaya Penggunaan beberapa antibiotika
Sebagai tambahan terhadap masalah yang sering terjadi akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan, seperti resistensi dari bakteri sendiri dan munculnya reaksi alergi, penggunaan beberapa antibiotika dapat berbahaya, sesuai dengan cara kerja bahan aktif obat tersebut dalam tubuh.
Bukan hal yang luar biasa, antibiotika chloramphenicol menekan jumlah sel darah putih, terutama tipe sel darah putih yang melawan bakteri melakukan infeksi ke dalam tubuh yaitu granulosit. Dalam beberapa kasus walaupun jarang terjadi, 1 dari 100.000, terjadi penekanan  fungsi dari sumsum tulang belakang, dimana bagian ini berfungsi sebagai pabrik penghasil sel darah dalam tubuh. Setelah muncul kasus tersebut, Chloramphenicol kemudian ditarik peredarannya dari pasaran Eropa dan America Utara, walaupun di beberapa Negara Afrika masih di gunakan.
Ada beberapa jenis Golongan Tetracycline, meliputi Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Oxytetracycline, dan Tetracycline. Obat-obat di atas, dapat membahayakan proses pertumbuhan tulang dan gigi dari janin dan anak-anak usia di bawah 7 tahun. Reaksi tersebut muncul dikarenakan bahan aktif dari antibiotika tersebut mengikat calcium phosfat, sehingga baik calcium phosfat dan bahan aktif antibiotika akan diserap oleh tulang dan gigi, dan menyebabkan kerusakan lapisan luar gigi, yang mengakibatkan warna gigi menjadi berwarna kuning kecoklatan, dan rentan terhadap cavitas/gigi berlubang.
Tetracyclin dikenal mengakibatkan penurunan kadar/jumlah vitamin B dalam tubuh, dengan cara mengganggu penyerapan vitamin B di usus. Gangguan tersebut dapat juga menggangu bakteri/flora normal yang hidup di dalam usus. Akibatnya, Tetracycline dapat menyebabkan diare, terutama apabila di gunakan dalam waktu yang lama. Efek yang jarang terjadi adalah zat tersebut dapat meningkatkan tekanan di otak, terutama pada pasien dengan tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan Benign Intracranial Hypertension (Peningkatan Tekanan Intracranial Ringan). Tetracycline adalah antibiotika sangat berpotensi untuk menyebabkan kerusakan secara diam-diam. Obat ini sering diresepkan untuk penggunaan jangka panjang, terutama untuk perawatan jerawat pada remaja, dan biasanya digunakan tiga sampai enam bulan, dan pada kasus yang berat, dapat dikonsumsi hingga dua belas bulan.
Salah satu antibiotika yang masuk dalam Golongan obat yang di gunakan dalam jangka waktu lama adalah Streptomycin yang digunakan dalam pengobatan TBC, sama seperti penggunaan Gentamicin, Kanamycin, Tobramicyn, Neomycin dan Amikacin. Obat-obat tersebut sering sekali digunakan terhadap infeksi saluran air kemih, peritonitis, dan luka infeksi yang timbul setelah operasi usus. Golongan antibiotika ini cukup berbahaya, karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf pendengaran, yang akan mengakibatkan ketulian. Obat-obat dalam Golongan ini juga sanggup menyebabkan kerusakan pada ginjal, reaksi alergi ruam atau kemerahan pada kulit, dan demam akibat penggunaan obat itu sendiri.
Golongan Sulfonamide, seperti sulfacytine, sulfadiazine, sulfamethiazole, sulfamethixazoke, dan sulfisoxazole. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan efek samping yang cukup serius, diantaranya reaksi alergi dalam bentuk yang bervariasi (ruam kulit, demam, hepatitis, penurunan jumlah sel darah putih, dan anemia aplastik), diare, dan pembentukan batu kristal di saluran kemih. Sulfonamide juga di kenal sebagai penyebab peradangan pada organ pankreas (Pancreatitis) dan Diabetes Mellitus. Efek lain yang ditimbulkan meliputi badan lemas, sakit kepala, mual dan muntah, walaupun gejala-gejala tersebut dirasakan dalam jangka waktu yang lebih pendek.
Penggunaan antibiotika seharusnya menjadi solusi terakhir, dan bukan yang pertama.  Dengan cara ini maka antibiotik menjadi sesuai kebutuhan dan indikasi bukan suatu keharusan untuk setiap masalah kesehatan sehingga masalah resistensi antibiotik dapat   ditanggulangi.
Sumber http://www.herbs2000.com/medica/2_antibioticsE.htm

Irisan Lemon yang direndam ternyata 10.000 x lebih kuat dari Kemoterapi



Potong 2-3 irisan lalu dimasukkan ke gelas, imbuhkan air panas, air lemon bakal jadi sedikit " keruh ", minum setiap hari dapat menyehatkan badan kita. 

Air lemon panas dapat melepaskan zat anti kanker dalam tubuh kita, hal semacam ini jadi penyembuhan kanker terbaru dalam dunia kedokteran. Es air lemon cuma memiliki kandungan vitamin C, sama seperti tomat, dari pada langsung makan, lebih baik dimasak dahulu dengan baik,karena tomat mentah tak memiliki kandungan lycopene. 

Lemon merupakan buah ajaib yang bisa membunuh sel kanker, 10. 000 kali lebih kuat dari kemoterapi, namun tak menghasilkan efek samping seperti kemoterapi. Saat tekanan darah terlampau tinggi, lemon bisa mengatur tekanan darah, antidepresan serta gangguan neurologis, 10. 000 kali lebih baik dari obat, lemon bisa memperlambat perkembangan sel kanker. Diekstraksi dengan therapy lemon, cuma akan menghancurkan sel-sel ganas, namun tak mempengaruhi sel-sel sehat. 

Juice lemon, asam sitrat serta lemon polifenol, bisa secara efektif mencegah tromboemboli vena, menyesuaikan aliran darah, mengurangi penggumpalan darah. Saya saat ini tahu bahwa lemon merupakan buah yang sangat baik, yuk share dengan teman dan keluarga biar mereka juga tau!